Bruschetta: Kisah tentang Sekeping Roti

Posted on Juli 15, 2011

0


Yang gemar mencicipi makanan khas Italia tentu tidak asing dengan nama appetizer yang satu ini: Bruschetta. Seiris roti dipotong diagonal, dipanggang hingga crispy dan sedikit kecoklatan permukaannya, diperciki minyak zaitun sebelum diberi topping di atasnya. Bruschetta adalah hidangan bintang dalam keluarga Luizzo (dalam novel Musim Gugur Terakhir di Manhattan), yang menggunakan topping berupa cincangan tomat segar, daun basil segar, bawang putih, taburan merica hitam serta sedikit garam. Sementara di tangan Luigi deCastillo (chef kesayangan keluarga Luizzo), bruschetta disulap menjadi hidangan yang elegan; dengan topping seiris tipis grilled steak, daun arugula, serutan keju parmiggiano dan gorgonzola, serta irisan tomat dan fennel yang renyah dan harum.

Bruschetta awalnya adalah cerita tentang kebersahajaan. Petani-petani zaitun di masa Romawi kuno di wilayah Tuscany, Umbria dan Lazio punya kebiasaan untuk mengetes rasa dari minyak zaitun yang baru diperas, dengan cara memercikkannya pada sepotong roti yang dipanggang sebentar di atas bara perapian. Rotinya pun bukan roti yang baru dibuat. Lebih sering yang dipakai adalah roti sisa atau roti yang sudah menginap beberapa hari di dapur.Tidak ada sesuatu yang mewah dari sekeping bruschetta. Hanya roti dan minyak zaitun. Itu saja.

Dari kebersahajaan, lahir keakraban. Bruschetta hampir selalu ada di setiap pertemuan keluarga, di setiap bincang-bincang dengan teman lama. Orang-orang Italia yang saling berkunjung ke rumah sahabat atau kerabatnya suka membawa roti, daging asin, minyak zaitun. Dan mereka akan membuat bruschetta bersama-sama di depan perapian dapur, memanggang roti, memanggang sosis, dan berkelakar satu dengan lainnya. Bruschetta bukan sekedar makanan atau kudapan. Dalam sekeping bruschetta, ada kenangan masa kecil yang menyenangkan. Ada keakraban yang tak pernah lekang dalam keluarga petani, keluarga aristokrat, keluarga menengah. Dan sekeping bruschetta juga bisa menyimpan cerita tentang dua orang muda yang bertukar cinta diam-diam melalui tatapan mata.

Bruschetta juga ibarat sebuah kanvas kecil, tempat orang-orang melukiskan kehangatan hati dan impian mereka. Di atasnya mereka bisa menggunakan setiap bahan. Tomat, bawang, terung yang manis, krim yang gurih, bawang putih panggang yang sedap menggoda. Mereka bisa membuatnya sangat sederhana, hanya minyak zaitun dan bawang. Atau mereka bisa membuatnya sedikit pongah, mungkin dengan truffle atau telur ikan, dan memakannya dengan penuh gaya. Tidak beda jauh dengan pizza. Bedanya, pizza adalah kanvas yang dilukis sebelum dipanggang. Sementara bruschetta adalah kanvas mini yang dipanggang sebelum dilukis.

Sekeping bruschetta menyimpan banyak kisah tentang orang-orang Italia. Kehangatan alamnya, keelokan paras orang-orangnya, dan daya tahan hidupnya. Semangat hidup yang tergambar jelas melalui kebersahajaan sekeping roti panggang. Dan tidak berlebihan saya kira jika ada orang yang berkata: jika ingin mengenal suatu bangsa, kenali betul makanannya. Karena di dalamnya teruntai banyak cerita yang bisa dirunut hingga berabad lampau lamanya.

picture copied from: http://morriscc.webs.com/apps/photos/photo?photoid=70427353