9 Februari ini, purnama lebih besar dari biasanya. Ia adalah satu dari empat Super Moon yang hadir sepanjang tahun 2020. Khusus untuk bulan Februari ini, namanya adalah Snow Moon, alias Sang Rembulan Salju.
Dalam almanak yang digunakan oleh suku asli Amerika, yang juga banyak digunakan oleh petani maupun pemburu, setiap purnama memiliki nama khusus, sesuai dengan kondisi alam yang tersaji. Seperti Snow Moon, namanya berasal dari kondisi alam, di mana salju sedang lebat-lebatnya turun.
Tidak hanya tentang salju. Snow Moon juga berarti masa paceklik. Saat salju lebat, ditambah dengan angin atau badai, tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berdiam di rumah. Persediaan makanan juga sedang tipis-tipisnya. Sehingga tidak heran, bulan ini juga dikenal dengan nama Hunger Moon. Di masa lalu, banyak kematian terjadi di bulan ini, akibat kelaparan dan rasa dingin yang tak tertahankan.
Namun seperti umumnya hukum alam, di saat banyak bencana terjadi, kehidupan baru akan tumbuh. Demikian pula dengan bulan ini. Di saat salju turun lebih lebat dari biasanya, dan kematian banyak terjadi, di saat yang sama urat-urat pepohonan mengalirkan kehidupan lagi. Bersiap untuk menumbuhkan pucuk daun dan kelopak bunga di musim semi nanti. Umbi bebungaan seperti tulip atau hyacinth, mulai bersiap memunculkan tunas-tunasnya, yang nanti akan menjelma menjadi bagian dari warna-warni musim semi.
Hewan-hewan pun demikian. Sejumlah burung mulai mematuk pepohonan guna mengetahui apakah para pohon itu mulai hidup. Jika iya, mereka akan mempersiapkan sarang dan melakukan ritual perkawinan. Beruang yang tidur panjang, mulai menggeliat. Sejumlah hewan seperti sejenis musang, mulai mencari pasangan dan menandai teritorial barunya dengan air seni, atau melahirkan anak-anaknya. Groundhog, sejenis tupai besar, mulai keluar dari sarang di jam tertentu untuk mengendus aroma udara. Orang-orang percaya bahwa sang groundhog sedang melihat bayangannya sendiri. Jika tidak ada bayangan, maka artinya musim dingin akan segera berakhir. Jika sang groundhog melihat masih ada bayangan dirinya, maka artinya musim dingin masih panjang, dan para petani maupun pemburu mempersiapkan diri untuk mengantisipasinya.
Suku asli Amerika memanfaatkan bulan Februari ini untuk melakukan ritual pembersihan diri dan batin. Mereka melakukan meditasi, refleksi diri, dan menyusun rencana-rencana baru. Tak ubahnya seperti membuat resolusi tahun baru, yang akan digunakan sebagai patokan dalam menjalani kehidupan selama setahun penuh.
Bagi yang suka dengan ide tentang keselarasan irama alam, boleh juga memanfaatkan bulan ini sebagai alternatif untuk menyusun resolusi tahunan maupun rencana baru untuk hidup. Tak harus menunggu hingga tahun baru Masehi berikutnya, atau merasa ketinggalan karena tak sempat bikin di bulan lalu.
Kita bahkan juga bisa memanfaatkan momen kejatuhan atau kemalangan yang kita alami, sebagai titik utama mencanangkan tekad untuk bangkit dan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Serupa dengan Snow Moon ini, di mana satu sisi adalah bencana kelaparan dan kedinginan, namun di sisi lain ada banyak kehidupan baru yang muncul.
******
Sumber foto: https://www.almanac.com/news/astronomy/astronomy/friday-night-spectacle-or-bust
rpawitri
Februari 8, 2020
Yang paragraf empat, aku membayangkan bagaimana alam ini menjaga keseimbangannya, Mbak. Betapa sempurnanya. Dan semakin takjub dengan bagaimana Allah membuat alam ini berjalan dengan tepat. Terima kasih untuk tulisannya mbak. Tak ingat-ingat terus, agar ga lupa untuk menjaga emosi di seputar waktu full moon π. Eh, mbak, apa mungkin karena pengaruh full moon juga, kalau tengah bulan seringkali disarankan puasa sunah, ya? π€
Jadi mbladrah mikirnya. πππ
Artha Julie Nava
Februari 10, 2020
Bisa jadi π
Di tiap kultur, kita bisa menemukan hal serupa terkait purnama. Manusia merasakan pengaruhnya, dan merayakan purnama dengan cara mereka masing-masing. Termasuk di Islam, yang merayakannya dengan puasa sunnah.