
Lantaran ada kasus yang menimpa temannya teman saya, saya jadi ingin bercerita. Ini tentang Ummu Sibyan, jin perempuan yang pernah dikutuk oleh Nabi Sulaiman.
Asli, sewaktu tahu bahwa makhluk yang terbang di langit-langit rumah itu adalah Ummu Sibyan sendiri, jantung rasanya mau copot. Tiga hari saya merinding terus setiap kali ingat bayangan itu. Beneran deh, hawanya negatif sekali.
Orang sering keliru mengira makhluk ini sebagai Kuntilanak karena bentuknya mirip, padahal mereka beda. Cirinya, Ummu Sibyan gemar nangkring di langit-langit rumah atau plafon, atau merayap di tembok seperti cicak. Sedangkan Kuntilanak, yeahh… suka-suka dia lah. Jalan kaki, melayang, merayap, atau kalau lagi capek ya gelendotan di tempat tinggi. Tapi dia lebih sering jalan normal saja.
Penampilan mereka juga beda. Ummu Sibyan mengenakan busana berwarna putih kumal bermodel Timur Tengah kuno berupa celana gombrong ala Aladin, jubah panjang, kerudung, dan cadar. Itu sebabnya, rambutnya jarang terlihat, dan lebih sering hanya memperlihatkan sepasang mata tanpa kelopak. Sedangkan Kunti memakai baju panjang tanpa penutup kepala, memamerkan rambutnya yang panjang terurai. Kunti juga lebih muda dan biasanya cantik, tidak seperti Ummu Sibyan yang wajahnya seperti perempuan tua renta.
Perbedaan lainnya dengan Kunti adalah soal spesialisasi. Meskipun keduanya termasuk jenis vampir, Ummu Sibyan spesialis pengganggu perempuan, terutama perempuan hamil, bayi, pengantin baru, dan anak-anak. Sedangkan Kunti mengganggu siapapun yang dia mau, terutama cowok. Kalau ada bocah laki ganteng, dia suka dan mengikutinya. Kalau ada cowok ganteng, dia juga suka dan bisa ganjen merasukinya. So, buat yang suka nyanyi, “Entah apaaaa… yang merasukimu… jrenggg jrengg kicrik kicrik….” – hati-hati, kali aja lagi kerasukan Kunti.
Perbedaan berikutnya adalah zat asal penciptaan. Ummu Sibyan terbuat dari api, dan diciptakan tak lama setelah Adam dan Hawa terusir dari surga. Sedangkan Kuntilanak berasal dari roh perempuan yang mati bersama bayi yang dikandungnya. Karena matinya tidak ikhlas, maka rohnya kukuh bertahan di Bumi, dan akhirnya dirampas oleh setan atau iblis.
Kunti hanya ada dan beredar di kawasan Nusantara. “Ya, vampir dengan kearifan lokal, begitulah,” seloroh guru spiritualku. Ia bukan global citizens seperti Ummu Sibyan, yang tak perlu paspor khusus untuk keluar masuk wilayah lain. Kunti baru mau menyeberang ke wilayah lain jika ada surat tugas dan imbalan, misalnya dari dukun atau penganut ilmu hitam.
Kegemaran Ummu Sibyan adalah senja dan lubang. Ia dan anak buahnya biasa berkeliaran tepat saat matahari terbenam sebelum adzan berkumandang. Ia masuk melalui celah rumah yang terbuka, seperti pintu, jendela, lubang angin, atau lubang lainnya. Ia mengelabui manusia agar membuka pintu saat malam atau membawa barang yang tertinggal di luar seperti baju yang telat diangkat dari jemuran, mainan anak, dan aneka barang lainnya. Ia bisa bersembunyi di benda-benda itu. Tempat persembunyian lain yang disukainya adalah lubang air, WC, tempayan atau bejana, gelas dan mangkuk berisi makanan atau air, sumur, kamar mandi, tempat cucian, dan sebagainya. Itulah asal-muasal mengapa ada anjuran untuk menutup pintu dan jendela sebelum Maghrib tiba, membiarkan barang yang terlanjur tertinggal di luar untuk tetap di situ dan menunggu hingga terpapar matahari keesokan harinya, menutup pintu kamar mandi, menutup gelas, tempayan, mangkuk dan sebagainya.
Ummu Sibyan cs benci sekali dengan cahaya, terutama sinar matahari. Jadi, jika ada yang terkena gangguan, dianjurkan untuk menyalakan seluruh lampu di rumah hingga Isya’ (termasuk lampu kamar mandi). Dia juga benci dengan suara adzan, sehingga orang dianjurkan untuk banyak-banyak melantunkan adzan di rumah yang terkena gangguannya, hingga ia pergi. Rukyah tak banyak bermanfaat jika tidak disertai adzan.
Syahdan, ia pernah ditangkap oleh Nabi Sulaiman ketika berusaha menyelinap ke istananya. Saat Nabi melihat makhluk itu bertengger di langit-langit istana, ia segera menarik jubah Ummu Sibyan, dan bertanya, “Siapa kamu?”
Ummu Sibyan menjawab, “Namaku Ummu Sibyan. Aku diciptakan sebagai ibu dari segala penyakit sawan. Tugasku adalah untuk mengirim penyakit sawan dan kejang pada bayi dan bocah, mengikat saluran indung telur perempuan dan pengantin baru hingga mereka mandul, menendangnya hingga keguguran dan kehilangan bayinya.” (Note: Sibyan artinya adalah sawan, dalam bahasa Arab).
“Terkutuklah kau, wahai Ummu Sibyan!” cerca Nabi Sulaiman, saking tak tahannya mendengar rentetan pengakuan tentang kejahatan makhluk tersebut. Namun setelah itu, Nabi melepaskannya karena tak ada ijin baginya untuk melenyapkan atau menghukum jin perempuan yang satu ini. Maka demikianlah, Ummu Sibyan dan anak buahnya akan tetap ada hingga kiamat tiba.
Setiap kali melihat makhluk tertentu, saya biasanya mengejar guru spiritual saya untuk menjelaskan hingga detil tentang asal-muasal makhluk itu. Sebab sesuai sunnatullah, tak ada sesuatu yang tercipta begitu saja tanpa asal-muasal, kecuali Allah. Jadi pastilah Ummu Sibyan ini memiliki riwayat duka-cita atau kepahitan yang sedemikian dalam, hingga membuatnya menjelma menjadi makhluk yang jahatnya luar biasa seperti ini.
Namun ternyata, saya tak mendapatkan jawaban itu. Kata guru saya, “Ia mungkin murni tercipta dari Kegelapan. Bukan melalui proses kejatuhan iman seperti manusia dan para pangeran yang dulu menghuni surga.”
Setelah berkata demikian, guru spiritual saya diam sesaat. Lalu ia melanjutkan, “Dulu Ummu Sibyan sebetulnya solo player. Tapi belakangan, semakin banyak saja makhluk yang serupa dengannya. Mungkin mereka anak-anaknya. Ini kejutan juga sebenarnya, karena sudah lama aku tidak bertemu dengannya.”
“Kapan terakhir ketemu dia, Ki?” tanya saya.
“Tiga tahun lalu, dalam penerbangan ke Mesir,” ujarnya, sebelum bangkit dan berpamitan pergi. “Jangan lupa, tutup pintu dan jendela sebelum Maghrib, dan lantunkan adzan di rumahmu.”
******
Posted on Juli 15, 2020
0