Sebelum Bertanya, Google Dulu

Posted on Desember 22, 2013

8


25485753Ini dua data statistik yang menarik. Indonesia adalah pengguna internet dan Facebook nomor 4 terbesar di dunia, menurut Wikipedia. Indonesia juga pengguna Twitter terbesar ke-3 di dunia, menurut situs Smashable.

Artinya, berdasarkan statistik itu, tentu internet bukan barang baru. Bahkan Google pun, termasuk situs yang paling sering dikunjungi oleh pengguna internet di Indonesia, menurut The Jakarta Post.

Tetapi ternyata, sering menggunakan internet, tidak selalu berarti bisa menggunakannya. Salah satu contohnya adalah penggunaan mesin pencari bernama Google. Meskipun menurut analisis, prosentase pengguna Google di Indonesia besarnya adalah 62% dari pengguna internet, nyatanya banyak banget yang kayaknya malas mencari informasi sendiri. Mereka lebih suka bertanya pada orang lain daripada mencari jawaban via Google.

Bertanya tentu boleh-boleh saja, tapi kalau pertanyaannya sangat mudah dicari sendiri, atau terlalu mendasar, kadang-kadang itu bikin pusing juga. Misalnya seperti ini:

“Mbak, waktu dulu nikah sama suami, harus ke kedutaan dulu? Trus di sana kita harus ngapain?”

“Ya kita harus bawa segala macam kelengkapan administrasi. Sudah Google belum, website kedutaannya?”

“Belum, mbak.”

“Google aja dulu. Di sana informasinya lengkap.”

“Alamat websitenya apa, mbak?”

“Ya Google aja. Ketik nama kedutaannya. Kalau mau cari yang Amrik, ketik aja kedutaan Amerika Serikat. Pasti nongol.”

“Oh gitu… Trus nanti saya harus ke kedutaan Amrik ya mbak, buat ngurus nikahan nanti?”

“Calonmu orang Amrik?”

“Bukan, mbak. Dia dari Australia.”

“Ohhh… coba Google kedutaan Australia kalo gitu…” (sambil mikir, mau tepok jidat atau nangis gerung-gerung)

“Tapi saya nggak tahu alamatnya, mbak.”

“Google aja…” (akhirnya pilih tepok jidat)

Ada lagi yang bertanya tentang macam-macam istilah teknik. Dia melampirkan sederetan istilah berbahasa asing itu dengan disertai permintaan, “Mbak, saya nggak ngerti istilah-istilah ini. Bisa minta tolong diterjemahkan, mbak? Soalnya ini tugas dari bos.”

“Pake kamus aja.”

“Saya nggak punya kamus, mbak.”

“Google aja.”

“Tapi saya nggak ngerti bahasanya.”

“Kan ada Google Translate.”

“Belum pernah pake, mbak.”

(Huffffftt…..) “Ya dipake, dong. Gampang kok…”

Itulah dua contoh kejadian yang pernah muncul. Masih banyak beberapa kisah serupa terjadi, dan dialami oleh sebagian teman lain. Padahal, menggunakan mesin pencari seperti Google sebenarnya tidak sulit. Tinggal mengetik kata kunci, maka sederetan informasi akan keluar. Tinggal dipilah mana yang valid dan mana yang tidak.

Saya kurang tahu juga, kenapa mencari via Google belum jadi kebiasaan yang otomatis. Padahal frekuensi berselancar mereka di dunia maya sangat tinggi, dan fasih menggunakan smartphone pula. Mungkin karena kebanyakan orang pakai internet hanya sebatas urusan pakai fesbuk atau twitter.

Apakah ini mengganggu? Bisa juga sih, sebab tidak semua orang punya waktu leluasa untuk menjawab pertanyaan. Apalagi jika pertanyaannya tergolong “remeh” dan bisa dicari sendiri. Kebiasaan enggan mencari sendiri ini bisa mengganggu, loh. Juga bisa menimbulkan kesan minus. Orang akan melihat kita kurang mandiri, bahkan ekstrimnya, bisa dicap bodoh atau pemalas. Nggak asyik banget kan, kalau sampai dapat cap itu? Apalagi kalau profesi kita penulis.

Jadi, ada baiknya membiasakan diri mencari informasi terlebih dahulu di Google, sebelum bertanya pada orang lain. Dengan mencari sendiri, informasi yang didapat bisa jauh lebih kaya, dan lebih beragam.