Menggali Inspirasi dari Mimpi (1)

Posted on Oktober 25, 2011

3


Pernah mendengar istilah “vivid dream” dan “lucid dream” ? Itu adalah dua jenis mimpi yang biasanya masih bisa kita ingat ketika terbangun, dan dua-duanya melibatkan aktifitas otak yang masih bekerja seperti halnya saat kita terjaga. Bedanya, dalam vivid dream, kita sepenuhnya terlibat dalam mimpi tersebut tanpa menyadarinya. Sementara dalam lucid dream, kita “terbangun” di tengah proses sehingga otak mengirim info kepada kita bahwa yang sedang kita alami hanyalah mimpi.

Semalam saya kembali mengalami salah satunya. Dalam mimpi itu, saya hanya punya satu keinginan: mencari kamar kecil! Satu keinginan sederhana yang ternyata tidak mudah diwujudkan, karena mimpi itu bersetting hutan belantara, dan saya memakai baju jaman baheula yang penuh renda, mekar, serta merepotkan. Kesulitan itu makin bertambah saat setiap kali saya menemukan kamar kecil, ternyata pintunya selalu tidak bisa ditutup. Setiap kali ada orang melintas, saya meminta tolong pada mereka untuk menutup pintu, namun tetap saja pintu itu terbuka dan saya harus kembali tersaruk-saruk menerobos hutan untuk mencari kamar kecil lain.

Tiba-tiba di tengah perjalanan, seekor serigala besar bermata kuning menyala dengan gigi-gigi tajam muncul dan mengejar saya. Secara naluriah tentu saya berlari sekencang mungkin untuk menyelamatkan diri. Dan tentu saja, karena baju yang saya kenakan sangat ribet, serigala besar itu tidak menemui kesulitan untuk menghadang dan membuat saya terjatuh tanpa bisa berkutik lagi. Kedua mata kuning menyala itu sudah begitu dekat dengan wajah saya, ujung taringnya sudah menyentuh kulit leher dan siap merobeknya, ketika si serigala buas itu kemudian mundur dua langkah dan mengangguk sopan. Tidak lama kemudian, dia berubah wujud menjadi manusia. Wajahnya bersih dan enak dipandang, dengan garis wajah seperti Native Americans. Dia mengenakan baju pemburu berwarna coklat muda dengan sepatu mocassin dan beberapa anak panah.

Singkat kata, orang itu membawa saya melayang dan terbang ke suatu tempat. Tempat berupa pegunungan yang sangat hijau, dengan beberapa aliran sungai deras dan air terjun dengan airnya yang begitu biru dan jernih. Di sebuah lembah diantara pegunungan itu, terdapat beberapa kolam berair biru jernih berukuran besar, dan ada banyak orang berendam di dalamnya. Orang itu mempersilahkan saya berendam di salah satu kolam untuk membersihkan diri dari tanah dan lumpur. Dari kolam itu, saya bisa melihat bahwa ternyata kolam-kolam tersebut disusun berdasarkan kasta. Kolam teratas untuk pemimpinnya, kolam selanjutnya untuk prajurit, anak-anak, perempuan, dan orang biasa. Kolam yang saya tempati berada sedikit lebih tinggi dari kolam untuk perempuan, dan dengan segera saya tahu bahwa ini diperuntukkan bagi tamu.

Setelah mandi, pemburu tadi kemudian menunjukkan sebuah kamar kecil, yang kali ini pintunya bisa ditutup rapat. Dinding kamar kecil itu terbuat dari batu hitam yang sedikit berkilau terkena rembesan air. Ada sebuah bejana dari batu dan gayung (plastik!), sebuah pipa dari logam yang mengalirkan air ke dalam bejana, sebuah selokan kecil berair jernih, serta…. iPhone! Dari iPhone itu si pemburu mengirim pesan supaya saya bersicepat karena pemimpinnya ingin bertemu dengan saya. Dan setelah itu, saya terbangun.

Cukup banyak detil yang bisa saya ingat dari mimpi tersebut, dan setelah mengupas beberapa hal konyol di dalamnya (seperti gayung plastik, kamar kecil, dan iPhone), saya menyadari bahwa mimpi tersebut cukup menarik. It’s quite a story! Lengkap dengan plot dan settingnya.

Mimpi-mimpi seperti ini biasanya saya catat segera dalam diari atau file khusus di cellphone, karena umumnya menarik meskipun sebagian besar diselingi hal-hal seram. Ada yang berhubungan dengan beberapa momen di masa lalu, di masa sekarang, dan ada juga yang sama sekali baru. Ada juga beberapa yang berupa mimpi bersambung, alias kelanjutan dari mimpi sebelumnya. Unik, bukan?

Semula saya mencatatnya semata untuk mencermati pola mimpi yang saya alami, karena saya termasuk sering mengalami jenis mimpi vivid dan lucid. Namun, setelah saya baca ulang, mimpi-mimpi itu ternyata bisa dijadikan sumber cerita. Kalau potongan-potongannya disambung dan dicermati, maka akan tampak jalinan cerita di dalamnya yang bisa kita interpretasikan dan kita olah lebih lanjut. Mimpi adalah salah satu sumber ide menulis yang sangat kaya. Jadi, jangan abaikan mimpi-mimpi yang kita alami, karena siapa tahu sebuah buku bisa tercipta dari sebuah mimpi.

picture copied from http://lovingpulse.wordpress.com/tag/cherokee/

Ditandai: ,