Menggali Inspirasi dari Mimpi (2)

Posted on November 4, 2011

0


Scientifically, it is all possible… (by: Morgan Freeman)

Umumnya orang enggan mengutak-utik mimpi karena banyaknya salah tafsir dan minim pengetahuan tentang hal ini. Mimpi, bagi kebanyakan orang dan di banyak budaya, sering terbalut erat dengan mistis dan kegaiban. Sesuatu yang sebenarnya bisa menyesatkan, tetapi itulah yang dipahami banyak orang. Selain itu,mimpi seringkali dianggap sebagai sesuatu yang tidak logis dan tidak perlu diperhatikan.

Sebelum tahu lebih banyak tentang fenomena mimpi, saya termasuk salah satu diantara mereka yang enggan itu. Apalagi setiap kali saya bercerita, lebih banyak yang menanggapinya dengan seruan seakan-akan itu hal yang tabu, pertanda buruk, atau terkait dengan alam gaib. Padahal belum tentu. Setidaknya itu yang saya pelajari kemudian. Jadi bisa dibayangkan betapa lega dan senangnya saya ketika tahu bahwa mimpi sebenarnya lebih banyak terkait dengan aktifitas syaraf, otak dan kondisi psikis seseorang daripada hal-hal gaib dan sulit dikontrol. Bukan berarti saya tidak percaya adanya hal-hal seperti itu, tetapi penjelasan tentang fenomena mimpi sebagai bagian dari aktifitas tubuh dan kejiwaan manusia lebih saya sukai.

Dalam dunia imajinasi, mimpi sudah umum menjadi bagian dari eksplorasi. Saya menyebutnya sebagai creativity channel. Banyak cerita atau film yang akrab dengan kita sebenarnya tergali dari ide tentang mimpi. Wizard of Oz misalnya, yang berkisah tentang seorang gadis cilik yang bermimpi berada di sebuah negeri asing dengan para penghuninya yang unik. Film Inception, yang tokoh-tokoh utamanya memiliki agenda dan masa lalu yang akhirnya terkuak selama perjalanan mereka dalam “mimpi berlapis”.. Lalu novel Sophie’s Choice, yang tokoh utamanya tergali dari bawah sadar penulisnya saat ia dalam keadaan antara tidur dan terjaga.

Banyak penulis yang mengalami hal seperti William Styron, si penulis Sophie’s Choice. Karakter utama dalam karya fiksi mereka tiba-tiba muncul, entah dalam pikiran atau mimpi dengan begitu jelas. Beberapa bahkan bisa merasakan, menyentuh, dan memahami segala yang dipikirkan oleh si karakter tersebut. Beberapa bahkan tidak pernah ingat bahwa mereka sebenarnya pernah bertemu dengan sosok yang ada dalam imajinasi mereka sebelumnya.

Misterius, unik, spontan, tak terpahami. Itulah pengalaman kreatif yang mereka dapati, dan semuanya itu tidak lepas dari peran otak kanan mereka. Otak kanan yang bekerja penuh untuk mencari hal-hal baru dan jalan keluar dari kebuntuan. Otak kanan yang kemudian menyediakan beberapa alternatif, termasuk dalam mimpi, yang bisa membantu si penulis untuk meneruskan proses kreatifitasnya. Ini bukan sesuatu yang mistis atau gaib. Ini cara kerja otak kanan yang bisa dimanfaatkan kalau kita memahaminya dan tidak terlalu mengekangnya dengan banyak larangan atau aturan.

Tidak logis? Kreatifitas dan imajinasi memiliki logikanya sendiri yang berbeda dengan logika yang selama ini lebih diagungkan di bangku sekolah dan kampus. Apa yang logis dari sebuah kartu remi yang bisa berjalan dan bercakap-cakap? Tentu tidak ada. Namun kita bisa menerima dan menikmatinya dalam dongeng Wizard of Oz. Apa yang masuk akal tentang keledai yang jatuh cinta dengan seekor naga? Salah besar, menurut ilmu yang kita pelajari di sekolah. Tetapi hal itu disambut dengan gempita dan menjadi box office ketika hal itu terwujud dalam film Shrek.

Jadi, biarkan mimpi membebaskan kita. Membawa kita ke dunia imajinasi dan ide yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Catat dan simpan mimpi unik yang kita alami, karena siapa tahu suatu saat ia akan menjelma lebih dari sekedar bunga tidur.

******

pic taken from: http://godisthere.files.wordpress.com/2010/08/live-your-dreams-and-change-things.jpg