Barbie dan Princess

Posted on September 8, 2011

8


Siang tadi anak saya berhenti cukup lama di deretan mainan Barbie dan Princess. Rupanya ia mulai lebih tertarik pada mainan jenis ini daripada mainan truk-kereta-mobil yang biasa kami belikan.

Selama ini saya memang tergolong anti-Barbie dan Princess, dan hampir tidak pernah membacakan dongeng bertema Princess untuknya. Namun hari ini saya mulai berpikir, apakah ini kecenderungan sisi feminin anak saya sehingga dia mulai menampakkan ketertarikan pada mainan boneka dan mainan dapur-dapuran? Jika iya, tentu selayaknya saya tidak boleh meredam tumbuhnya sisi feminitas ini dalam dirinya dengan melarangnya bermain Barbie atau boneka Princess.

Tapi sekali lagi, I hate Barbie….. and I hate those princesses…

Boneka Barbie, sejak awal tidak pernah meninggalkan kesan manis dalam masa muda saya. Ia boneka yang luar biasa mahalnya untuk ukuran kantong Bapak yang hanya pegawai kecil. Ia hanya bisa saya pandangi dari balik etalase, dan tidak pernah sekalipun saya bermimpi bakal bisa membelinya suatu ketika. Barbie juga terlalu sempurna. Segala guratan dan pahatannya nyaris seperti bernyawa dan membuat saya berangan-angan; seandainya wajah dan penampilan saya se-luar biasa dia, tentu hidup saya akan jauh lebih mudah.

Dan para putri itu, why oh why… mengapa sebagian besar dari mereka hanya menunggu kedatangan sang pangeran tampan untuk menyelamatkan mereka dari segala himpitan hidup? Mengapa jarang ada dongeng tentang putri jelita nan gagah pemberani seperti putri dari cerita komik Pulau Cocos, yang mampu berbaku pedang dengan seorang pangeran? Mengapa kebanyakan dongeng tentang putri dan gadis selalu menggambarkan perempuan sebagai pihak yang terlalu bergantung pada laki-laki atau terlalu lugu? Red Riding Hood, misalnya. Masa iya sih dia tidak bisa membedakan wajah nenek-nenek dan wajah serigala?? *nepok jidat*

Itu yang membuat saya masih enggan untuk membelikannya boneka putri, atau membacakan dongeng sejenis itu padanya. Untungnya mulai banyak kisah dongeng yang sudah mengalami pelintiran kreatifitas yang apik, seperti Rapunzel dalam film Detangled atau putri-putri nakal dan banyak akal dalam serial Shrek. Namun begitu, saya masih tidak begitu doyan Barbie dan Princess. Atau mungkin sebaiknya begini: nanti jika anak saya minta dibelikan boneka Barbie dan Princess, akan saya “ajak” boneka-boneka itu untuk main sepakbola, berhitung, membaca, memanjat menara, dan berpetualang. Tidak hanya berhenti sebatas berdandan dan berbaju bagus. Let’s go!

picture copied from: http://editedbycatherine.com/?idpg=20