Polar Vortex alias badai dingin itu datang lagi. Kemarin salah satu topik obrolan dengan para ortu di sekolah adalah “harapan” mereka bahwa sekolah diliburkan hari Jumat ini.
Saya bilang “harapan”, karena alasan sebenarnya tidak selalu karena soal temperatur yang menusuk tulang. Tapi karena memang nikmat, sesekali tidak perlu bangun pagi menyiapkan sarapan dan bekal anak. Tentu saja kami tidak bilang itu secara terbuka kepada yang lain, cukup kepada segelintir saja. Selebihnya, kami turut mengutuk udara dingin yang menyebabkan proses belajar mengajar di sekolah terhambat.
Sejak Polar Vortex datang awal tahun ini, saya jadi belajar banyak tentang survival. Yakni tentang bBagaimana mengantisipasi situasi yang tidak terduga.
Salah satu kondisi tak terduga dari perubahan cuaca ini adalah soal keselamatan selama berkendara. Banyak orang terjebak salju dan jalanan yang licin oleh es waktu itu, dan mereka terpaksa mendekam dalam mobil. Kedinginan, tanpa selimut atau makanan.
Itu mengilhami saya untuk menyiapkan kotak khusus dalam mobil. Satu kotak berisi beberapa bungkus snack, seperti daging kering (beef jerky), crackers, cokelat, mix trails, kacang-kacangan, mie instant, dan keripik. Cukup untuk menganjal perut sembari menunggu bantuan tiba, seandainya terjebak dalam cuaca buruk.
Lalu kotak kedua diisi dengan benda-benda pendukung survival seperti: tali nilon yang kuat (cords) yang multifungsi, korek api, cermin kecil (untuk mengirim isyarat SOS dengan bantuan cahaya matahari), kaca pembesar (untuk membantu membuat api), kode Morse, puplen dan notes kecil, sarung tangan thermal, selimut thermal, peluit, pisau lipat, kabel handphone, dan filter air berbentuk sedotan. Akan saya tambahkan gergaji kecil lipat yang bentuknya mirip rantai dan bisa digulung dengan aman. Juga kotak First Aid (P3K).
Di bagasi mobil, ada sekotak air mineral. Air sangat perlu, bahkan ketika tidak dalam kondisi darurat sekalipun. Setidaknya, kita perlu menaruh satu botol dalam mobil setiap kali bepergian.
Prinsip pertama dalam menyiapkan bekal untuk antisipasi ini adalah memilih makanan yang bisa tahan lama, dan biasa dikonsumsi. Ada banyak jenis makanan tahan lama, seperti spaghetti kalengan, buah kalengan, tuna kalengan, dan sebagainya. Tapi belum tentu setiap keluarga suka dengan rasanya. Jadi pastikan mereka menyukai rasa makanan itu meskipun tidak favorit. Sebab kalau tidak suka, akan mubazir.
Kedua, secara berkala cek tanggal kadaluarsa dan kondisi makanan. Selama musim dingin, makanan dan air kemasan aman saja disimpan di bagasi. Tapi kalau musim panas, tentu cepat rusak.
Sebagai pelengkap, saya juga menyiapkan potongan kain berwarna oranye. Warna oranye (Safety Orange) mudah dikenali dari jauh, sehingga bagus jika dipakai untuk penanda atau untuk memberi jejak agar orang lain mudah menemukan kita.
Ada beberapa buku yang bagus untuk dibaca, misalnya prinsip dasar survival, cara mengenali tumbuhan yang bisa dipakai untuk obat, tanaman liar yang bisa dimakan, dan sejenisnya. Ini berguna untuk menambah pengetahuan kita dalam mengantisipasi keadaan darurat dalam perjalanan.
Safrina Dewi
Februari 27, 2014
Ayik,kalo di bagasiku ada tenda yang sengaja tak bawa kemana-mana. jadiiiii, kalo kemalaman di jalan, merepet nyari tempat indah dan pasang tenda. Di pinggir sawah jadilaaaah… hahaha.
Julie Nava
Maret 1, 2014
Wkwkwkwk enak sekali bisa kemping 😀
Aku nggak berani kemping di sini. Takut ada beruang, wkwkwkwk