Selama ini saya cenderung menghindari penggunaan atribut agama untuk hal-hal tertentu; seperti masalah pekerjaan, politik, keberpihakan saya terhadap isu perempuan, dan sebagainya.
Sebab sering saya menemui kasus, penggunaan atribut itu menjadi sumber matinya sikap kritis. Shut down the logic, begitu yang sering saya katakan. Orang mudah sekali mengamini sesuatu hanya karena ada embel-embel kutipan ayat suci tanpa menelaah konteksnya lebih lanjut, tanpa riset sumber asli. Sudah sering bukan, terima forward aneh-aneh yang ditempeli kutipan ayat?
Alasan lainnya adalah karena tidak sedikit orang menggunakan atribut untuk mengecoh khalayak. Hitung saja berapa banyak koruptor dan politikus bermasalah, artis bermasalah, rame-rame pakai kostum agamis dan mendadak alim.
Tidak sedikit juga kasus ketidakprofesionalan dibungkus dengan baju agama, dan bikin jengah orang yang hendak menuntaskan sebuah masalah secara profesional. Seperti pengalaman seorang teman saat dia menerbitkan buku di sebuah penerbitan yang juga bergerak di bidang dakwah/sosial. Ketika hasilnya acak-acakan dan diprotes oleh teman saya itu, mereka malah balik menuduh teman saya tidak ikhlas membantu gerakan amal mereka. Ini menyebalkan, sebab mereka menggunakan aspek keyakinan sebagai alat untuk membungkam customernya dan berkelit dari tanggung jawab.
Masih banyak pengalaman lain, yang intinya semakin memperkokoh pilihan saya untuk menggunakan perspektif yang sering dicap orang sebagai “liberal”, “westernized”, “sekuler”, atau apalah itu namanya. Sebab justru dengan perspektif itu, saya bebas melontarkan pemikiran, tanpa harus digelayuti oleh rasa bersalah ketika pandangan saya berbeda dengan komunitas. Saya tidak harus terlibat secara emosional dalam memandang sebuah hal. Bisa menempatkan mana profesionalitas dan mana yang tidak, tanpa dikeruhi oleh sebutan ‘Tuhan”, “surga neraka”, “dosa”, dan sejenisnya. I’m free, liberated, merdeka dalam hal berpikir dan memilih.
Namun ini anehnya. Seharusnya dengan pola pikir demikian, saya tidak ambil pusing dengan kasus yang menimpa PKS. Toh saya sudah tahu, dimana-mana, yang namanya politik pasti rawan dengan penyelewengan, siapapun itu yang terlibat. Mau orang alim kek, orang brengsek kek, nggak bakal ada yang imun 100% . Apalagi di Indonesia, yang semua nyaris bisa dilakukan hanya berdasarkan kedekatan dengan orang penting.
Seharusnya saya tidak peduli. Namun kenyataannya, saya merasa sakit bukan main, seperti ditikam telak di ulu hati, biarpun bibir saya tetap melontarkan ledekan. Sampai-sampai saya demam dua hari. Ini aneh. Lalu saya mencoba mengurai apa sumber perasaan ini.
Ternyata baru saya sadari, bahwa sekalipun berbeda perspektif, saya termasuk yang diam-diam menaruh harapan pada partai ini. Konyol, tapi itulah yang terjadi. Saya berharap suatu saat akan ada calon alternatif, tidak yang itu-itu saja, yang bisa muncul dan memberi warna baru di Indonesia. Seperti Jokowi-Ahok, itu warna baru, dan segar. Saya berharap, dari partai ini pun akan muncul yang seperti itu, mengingat track recordnya terbilang lumayan baik dibandingkan partai lain.
Mungkin tidak hanya orang seperti saya, yang notabene masih sama-sama muslim. Siapa tahu yang lain, yang non-muslim pun, ikut menaruh harapan diam-diam. Sebab setiap orang pada dasarnya sama, mereka menginginkan pemimpin yang bisa mengayomi. Bisa diandalkan. Siapapun itu orangnya, apapun latar belakangnya.
Saya yakin banyak yang merasa tertikam oleh kasus ini, terkecoh, dan akhirnya kecewa. Tetapi mudah-mudahan, setelah masa demam berlalu, semuanya akan menjadi lebih baik.
Tukang Kompor Menulis
Februari 2, 2013
nice to read ๐
Tukang Kompor Menulis
Februari 2, 2013
nice to read ! ๐
Julie Nava
Februari 2, 2013
Thanks, pak Cahyo. Gimana kabarnya hari ini? ๐
arif
Februari 2, 2013
Tulisan yg sangat berkesan, mirip dg pengalaman saya. Teringat Cak Nun, dengan jargonnya : “Islam Yes, Partai Islam No”.
Slmt berkarya, Mbak Julie Nava….
Julie Nava
Februari 2, 2013
Terima kasih banyak, mas Arif. Selamat berkarya juga ๐
8632633
Februari 2, 2013
(P)enulisannya (K)eren (S)ekali..
sangat menarik untuk dibaca..
Julie Nava
Februari 2, 2013
Terima kasih banyak atas apresiasinya ๐
Abd Rasyid
Februari 2, 2013
Setidaknya masih banyak orang yang tealh lebih maju di depan daripada orang-roang yang hanya sampai sebatas angan saja, tapi tidak berbuat apa-apa, hanya bisa mengamati, kecewa dan mencaciโฆ. karena idealisme pribadi sangat sulit diterapkan dan diterima oelh semua orang, idelisme itu perlu waktu untuk diterima banyak orang
Julie Nava
Februari 2, 2013
Ya, betul. Semoga idealisme PKS tidak pupus oleh problem ini.
bintang senja
Februari 2, 2013
Permasalahannya apakah benar LHI terlibat? Mudah-mudahan apa yang ditulis oleh penulis bisa mencambuk semagat kader PKS untuk lebih mengazamkan diri membersihkan negara kita tercinta. Banyak tokoh-tokoh perubah di dunia ini yang telah di tangkap, di bunuh dan bentuk ketidak adilan lainnya, namun ada kekuatan yang berada di luar kendali manusia yang akan membantu, Allahuakbar …
Julie Nava
Februari 2, 2013
Kita sama-sama mencermati prosesnya, mbak ๐
Muhammad Fadri A R
Februari 3, 2013
Terima kasih dukungannya Bu Julie. Insya Allah kita terima segala masukan, nasihat, kritikan kpd PKS. Saya yakin kawan2 PKS akan menjadikan kejadian ini sbg bahan instrospeksi utk lebih baik. Dan kitavsiap bekerja sama dg siapapun dinegeri ini, utk Indonesia yg lebih baik.
Julie Nava
Februari 3, 2013
Sama-sama, mas ๐ Tetaplah berusaha bangkit dan tegak kembali, sekalipun awalnya sulit.
Dikdik
Februari 3, 2013
Supersekali ๐
Julie Nava
Februari 3, 2013
Thanks, Dikdik ๐
Malcom Cinta
Februari 3, 2013
subhanallah, jujur dan elegan,
Julie Nava
Februari 3, 2013
thanks dan salam kenal. Terimakasih sudah mampir kemari ๐
Kusmayadi Yudi
Februari 3, 2013
salam kenal mbak julie. matur nuwun mbak Julie, tulisane.. aku wong sosialis yo, ora terimo.. Patria ‘o Muerte Venceremos (videl castro).
Julie Nava
Februari 3, 2013
Hahaha, ono wong sosialis mampir kene. Maturnuwun pisan, mas Kusmayadi. Salam kenal ๐
Septi P. Utomo (@septiprasetyo)
Februari 3, 2013
Izin share tulisannya bu ?.
Termasuk saya yang menaruh harapan pada partai ini. InsyaAllah dengan kasus ini membuat kader dan simpatisan semakin kuat dan berfikir jernih.
๐
Julie Nava
Februari 3, 2013
Monggo,silahkan kalau mau dishare, mas Septi ๐
Mulyoto M
Februari 3, 2013
Demamnya sudah berlalu? Ijin aku share, ya?
Julie Nava
Februari 3, 2013
Alhamdulillah sudah hilang. Monggo mas Mul, silahkan dishare ๐
Derry Bijak
Februari 4, 2013
terimakasih atas tulisannya, ini membuat kami kader dibawah merasa berbesar hati karena disaat sedang mengalami badai hujatan dan cibiran tetapi masih ada orang yang bukan kader atau simpatisan tetapi mau peduli dan memandang kejadian ini dengan hati2
Julie Nava
Februari 4, 2013
Sesama pengucap syahadat, biarpun beda haluan, insyaallah nggak akan sampai keterlaluan membiarkan saudara sendiri terpuruk ๐
Achmad Djiddan Safwan
Februari 4, 2013
Saya merasa tertikam bila mantan Presiden PKS tidak bersedia :…..”WOLLOHI , Demi Alloh saya bersumpah. saya tidak melakukan apa yang dituduhkan KPK kepada saya. Bila saya BOHONG saya siap dilaknat Alloh dunia-aherat”….Selama ini walau telah bersumpah ala sumpah orde-baru, tetap berani dilanggar karena sanksinya diakherat dan merasa Alloh maha pengampu. Sumpah diatas “SIAP DILAKNAT ALLOH DUNIA AKHRAT”….siapa berani !!!
Bila terus diikuti oleh seluruh kader PKS tidak mustahil akan ngorbit diatas 50% pada Pemilu dan Pilpres 2014.
SEMOGA.
Julie Nava
Februari 4, 2013
Ujiannya lagi berat, mas Achmad. Kita berdoa semoga tidak demikian adanya. Jika sebaliknya, memang harus legowo nerima dan berbenah diri. Godaan memang sering tidak disangka masuk dari mana.
Abdul Azis
Februari 5, 2013
Makasih tulisannya, klo bahasa PKS : Harapan Itu Masih Ada, saya juga masih menaruh harapan ke mereka, tapi ga bisa menulis sebagus mba, sekali lagi makasih
Julie Nava
Februari 7, 2013
Sama-sama, mas Abdul Azis. Saya tetap menaruh harapan, sebab sayang sekali kalau hanya karena segelintir orang, seluruhnya terkena dampak. Masih banyak orang baik yang saya kenal di situ, dan mereka insyaallah bisa memberi kontribusi terbaik.
Achmad Shahal
Februari 6, 2013
Mba Hanya Allah Dan Rosulnya yang tahu masalah ini, demi Allah atas jiwa saya hati saya bergetar membaca artikel ini semoga Allah bersama hati – hati yang bersih dan suci, dan mba Julia Nava istiqomah berjalan yang Allah Ridhoi Aamiin.
Julie Nava
Februari 7, 2013
Amiiin… semoga demikian juga untuk mas Achmad Shahal.
Nurin Ainistikmalia
Februari 6, 2013
waktu membaca artikel Mbak, saya jadi merasa ikut demam juga. Nice Mbak…:).
Julie Nava
Februari 7, 2013
Terima kasih, mbak Nurin. Salam kenal ๐
Karno
Februari 7, 2013
Semoga saja apa yang terjadi ini adalah manisfestasi dari ayat ini
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: ‘Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?’ Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar, dan sungguh Allah mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabut: 2–3). Wallahu a’lam.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk jannah (surga), padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa malapateka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata: ‘Bilakan datangnya pertolongan Allah.’ Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amat dekat.” (Al-Baqarah: 214).
Julie Nava
Februari 7, 2013
Ya betul, ini bentuk ujian, untuk melihat apa benar langkah para pemimpin dan anggotanya sudah berjalan di rel yang seharusnya. Kalau belum, berarti harus ada perbaikan. Kalau sudah, ujian ini adalah penguat.
rika
Februari 16, 2013
Salam. Tidak ada orang yang bersih mbak, karena itu Allah SWT memuji orang yang membersihkan diri.
good writing…
Lina
Juni 19, 2013
Tulisan yg bagus karena bisa melihat sisi lain dari suatu kesalahan yg oleh org lain dipandang sebelah mata…
Julie Nava
Juni 24, 2013
Ya mbak, buat saya memprihatinkan sekali memang kasus PKS ini.