“Bagaimanakah cara terbaik untuk belajar menulis?”
Itu salah satu topik obrolan semalam dengan Radio IMSA saat berlangsung acara siaran “Ayat-Ayat Cinta”.
Menulis, bagi banyak orang yang belum terbiasa menuangkan pikiran dan isi hatinya melalui pena atau mouse komputer, mungkin terasa sedikit mengerikan atau sulit. Padahal sebenarnya, kemampuan menulis tidak beda jauh dengan bernafas. Dua-duanya sebenarnya adalah kemampuan yang kita miliki tetapi jarang disadari.
Di masa canggih seperti sekarang, rasanya hampir tidak mungkin kita tidak pernah menulis. Saat mengirim SMS, mengisi form pendaftaran, update status di Facebook ataupun Twitter, mengisi blog, mengisi teka-teki silang, menulis di buku harian semasa remaja, menulis daftar belanjaan di kertas, mengirim email, menulis alamat di kartu undangan, menandatangani kontrak jual beli rumah, menulis progress report pekerjaan, menempelkan Post-It di pintu kulkas yang berbunyi “Mama ke salon hari ini. Kalo kalian laper, bikin aja Indomie ama telor ceplok. Muach!”.
Itu semua adalah bentuk-bentuk menulis dalam keseharian kita. Jadi intinya, sebenarnya kita semua bisa dan pernah menulis.
Perbedaannya kemudian adalah tujuan dari kita menulis. Apakah untuk keperluan pribadi ataukah untuk keinginan yang lebih luas, misalnya: ingin menulis cerpen, membuat buku, atau mengirim karya ke media massa. Barulah pada saat itu, kita tidak hanya sekedar menulis, namun juga perlu mempelajari aspek-aspek lainnya.
Lalu bagaimana cara yang tepat untuk memulai menulis dalam cakupan keinginan seperti di atas?
Ada beberapa saran yang selalu ada di setiap buku-buku tentang menulis:
1. Tulislah. Sebuah artikel, cerpen, atau buku tidak akan pernah tercipta kalau tidak ada kata pertama yang ditulis di atas kertas kosong.
2. Menulis tentang hal-hal yang kita tahu dan kita akrabi. Misalnya: pengalaman menjadi guru, pengalaman bekerja di luar negeri, pengalaman menjadi muslim di negeri orang, pengalaman saat terguling-guling dari bukit bersalju, saat pertamakali mengajukan aplikasi beasiswa, saat pertamakali mengajukan permohonan visa, saat wajah tembam gara-gara alergi sehabis makan ikan, saat pertamakali belajar menyetir, saat jatuh cinta dan menikah…. Itu semua adalah hal-hal yang akrab dan kita ketahui betul dan menarik untuk ditulis.
3. Menjadi bocah kecil. Salah satu hambatan yang sering terjadi adalah, kita mengkoreksi diri terlalu banyak. Belum juga satu paragraf selesai, kita sudah menghapusnya dan terus menghapus setiap kali ada kalimat yang tidak sesuai dengan harapan kita. Nikmatilah proses menulis seperti bocah kecil yang menikmati mainannya. Tidak ada rasa takut, tidak perlu dikoreksi (nanti akan ada waktunya sendiri untuk melakukan revisi), dan bebaskan diri untuk menulis topik apapun yang kita mau.
4. Mulai menulis di media apapun yang tersedia. Bisa berupa buku harian, notes di cellphone, Post-It, file di komputer, blog, … pendek kata, segala media bisa digunakan (asal bukan tembok orang atau pohon). Dulu saya punya kebiasaan menulis puisi di atas kertas tisu, sampul belakang buku, notes kecil, sobekan kertas, sobekan kalender, bagian kosong dari suratkabar, kertas bungkus roti kukus, dinding kamar, sampai tembok kamar kecil umum…. Ups, yang berjenis vandalisme tidak perlu ditiru.
5. Banyak membaca. Apapun bisa dibaca dan jadi sumber ide menulis. Jadi bacalah segala yang bisa dibaca, termasuk iklan lowongan pekerjaan dan kontak jodoh. Banyak ilham juga loh dari sana…
6. Sering silaturrahmi. Banyak orang beranggapan, para penulis adalah orang-orang yang jarang bersosialisasi, tenggelam dalam kesibukannya menulis atau membaca. Menurut saya, justru sebaliknya. Silaturrahmi memperbesar peluang kita untuk mendapatkan bahan tulisan yang menarik. Silaturrahmi dengan tetangga, teman, atau kerabat. Berkenalan dengan orang-orang baru di tempat kerja. Berkenalan dengan orang-orang asing saat kita travelling.
7. Tulislah. Betolll…. setelah semua cara ditempuh, jangan lupa menuliskannya supaya keinginan kita untuk bisa menulis dapat terwujud.
******
picture copied from: http://www.squidoo.com/nanowrimo-writing
Posted on Desember 26, 2011
0