Penyuka kisah Si Bongkok dari Notre Dame yang ditulis oleh Victor Hugo, kemungkinan sudah akrab dengan versi musikal dari novel itu yang berjudul Notre Dame de Paris-Musical (1998); yang musiknya digarap oleh Riccardo Cocciante. Saya sendiri baru-baru saja mengetahuinya, sekitar 2-tiga bulan lalu secara tidak sengaja; ketika sedang browsing musik di Youtube dengan kata kunci Belle dan Lune. Kedua kata kunci tersebut memunculkan dua video drama musikal tersebut.
Novel karya Hugo yang satu ini tidak pernah tuntas saya baca. Versi layar lebarnya hanya saya tonton sebagian, dan saya ingat betul dengan adegan saat Quasimodo (si Bongkok) berayun-ayun diantara lonceng besar katedral dan Esmeralda menutup telinganya rapat-rapat. Juga ketika Quasimodo bersembunyi, memandang Esmeralda dari balik bayangan lonceng-lonceng yang gelap.
“Mengapa kau sembunyi?” tanya Esmeralda.
“Karena kau begitu cantik, dan aku begitu buruk,” kata Quasimodo. Keburukan fisik yang membuatnya merasa tak pantas memandang Esmeralda secara langsung.
Sampai di adegan itulah saya memutuskan berhenti menontonnya, dan selanjutnya tak pernah menamatkan membaca novelnya. I couldn’t bear the pain already.
Namun ketika menemukan versi musikalnya, keingintahuan saya jadi tak terbendung. Tata panggung, warna, cahaya, dan kualitas suara para penyanyinya begitu luar biasa. Interpretasi atas naskah dan karakter tokoh-tokohnya mempesona.
Dari adegan awal, kita sudah disuguhi tata panggung yang dramatis. Tiang-tiang beton katedral yang menjulang, gargoyles, dan serangkaian alunan lagu dengan gaung yang begitu indah dan megah. Di dalamnya ada sisi kelam dan muram dari kota Paris yang bercahaya, kaum gypsy, gadis penari berdarah Andalusia, dominasi gereja yang kelak diruntuhkan oleh ilmu pengetahuan dan petualangan. Ada pula dua perempuan yang mencintai lelaki yang sama. Gemerlap kehidupan urban yang menarik pendatang-pendatang tanpa identitas; seperti laron mendatangi lampu. Seorang lelaki suci yang tergelincir menjadi iblis karena cinta, dan lelaki lain yang terbelah hatinya. Di penghujungnya, Quasimodo menangisi Esmeralda, lalu mati karena duka cita dan lapar yang tak tertanggungkan.
Drama musikal ini adalah salah satu sumber ilham menulis yang begitu kaya. Dan yang terpenting, setelah melihat drama musikal ini, saya jadi tertarik untuk melanjutkan membaca novelnya. Mudah-mudahan kali ini saya tidak lagi berhenti membaca di tengah jalan.
******
pic copied from: http://www.fanpop.com/spots/notre-dame-de-paris/images/10471074/title/character-montage-wallpaper
Posted on Desember 18, 2011
0